Jumat, 15 Agustus 2014

Sepuluh tips dan trik tentang ISO kamera

Kita tahu kalau ISO merupakan salah satu komponen penting dalam menentukan eksposur di kamera. ISO yang di masa lalu dikenal dengan ASA (kecepatan film) di era digital ini menyatakan kepekaan sensor terhadap cahaya. Kamera masa kini umumnya bisa punya nilai ISO yang sangat tinggi, yang secara teori artinya kamera bisa membuat foto jadi lebih terang walau dipakai di tempat yang kurang cahaya, tanpa bantuan flash. Kali ini kami akan ulas lebih dalam tips-tips mengenai ISO di kamera digital, tentunya supaya anda  lebih paham dalam mengoptimalkan fitur ini.
Inilah sepuluh tips dan trik yang kami  sajikan berkaitan dengan ISO :
Hasil foto terbaik didapat di ISO terendah
Ingat selalu akan hal ini. ISO dasar, atau ISO terendah (misal ISO 100) akan memberi hasil foto yang kualitas fotonya paling bagus. Sebaliknya di ISO tinggi foto akan muncul noise. Di era film, ASA tinggi memberi hasil noise yang artistik karena terlihat grainy, tapi di era digital noise yang muncul lebih cenderung merusak foto. Tipsnya adalah, gunakan ISO rendah untuk mendapat kualitas foto terbaik dan bebas noise, bila memungkinkan. Hubungan antara ISO dan noise pernah kami ulas di artikel ini.
Menaikkan ISO : memaksa sensor memberi output lebih
Saat pakai ISO rendah ternyata foto jadi gelap atau shutter speed jadi sangat lambat, kita juga boleh menaikkan ISO. Ingat juga kalau ISO pada dasarnya adalah kepekaan/sensitivitas sensor kamera dimana semakin tinggi nilainya maka semakin peka sensor kamera terhadap cahaya. Sensor sebagai alat elektronik, punya tegangan keluaran tertentu. Dengan menaikkan ISO, maka sensor dipaksa untuk memberi keluaran yang lebih tinggi. Memang memakai ISO tinggi tidak akan ada efek terhadap sensor (tidak merusak sensor),  tapi sekedar mengingatkan kalau ISO tinggi ya artinya sensor memang dipaksa supaya lebih sensitif. Keuntungannya, walau hanya ada sedikit saja cahaya sudah bisa mengambil foto yang terang, misal di dalam ruangan.
Sensor besar, ISO tinggi masih aman
Tidak setiap kamera punya sensor yang (ukurannya) sama. Kamera DSLR dan hampir semua kameramirrorless punya sensor cukup besar, di kubu lain ada kamera saku dan ponsel yang sensornya kecil. Kira-kira inilah perbandingan ukuran sensor yang dianggap cukup besar hingga besar, dari kiri sensor 1 inci milik Nikon 1, lalu Micro Four Thirds, APS-C dan Full Frame 35mm. Sensor yang ukurannya lebih kecil dari ilustrasi dibawah ini tidak disarankan untuk pakai ISO tinggi karena hasil fotonya akan jelek, misal sensor 2/3 inci, sensor 1/1,7 inci dan sensor 1/2.5 inci.
Keuntungan kamera dengan sensor yang lebih besar adalah hasil foto yang didapat bisa lebih baik, khususnya saat memakai ISO tinggi. Kamera DSLR full frame 35mm masih memberi hasil foto yang baik di ISO 3200, kamera DSLR APS-C hasil fotonya masih oke di ISO 1600. Sensor 1 inci dan sensor Micro Four Thirds juga cukup baik di ISO 1600 tapi tentu masih lebih baik hasil dari sensor dari APS-C.
Bingung? pakai ISO Auto aja dulu
Bagi mereka yang baru memakai kamera mungkin masih bingung dengan fitur ISO ini. Pertanyaan paling sering muncul adalah jadi saya harus pakai ISO berapa? Kalau tidak ada ide mau pakai nilai ISO berapa, biarkan kamera yang pilihkan untuk kita. Di mode Auto yang namanya ISO memang diatur otomatis oleh kamera. Di mode lainnya, misal mode P (Program), kita bisa memilih nilai ISO, atau bisa juga memilih ISO Auto. Dengan ISO Auto maka kamera mengukur cahaya dulu dan memilihkan ISO yang paling cocok.
ISO Lo dan Hi
Di kamera yang lebih canggih kerap dijumpai ada ISO Low dan ISO High. Ini maksudnya adalah nilai ISO yang diperluas dari rentang standarnya, supaya lebih banyak pilihan. Misal nilai ISO terendah adalah ISO 200, tapi ada ISO Low maka ISO Low dianggap setara dengan ISO 100. Sebaliknya misal ISO tertinggi adalah ISO 6400 tapi diatasnya ada ISO High maka dianggap setara dengan ISO 12800.
Lalu pertanyaannya, kenapa harus begitu? Karena pada dasarnya produsen kamera tidak mengharapkan kita memakai ISO Low atau ISO High, dan lebih suka memilih salah satu dari rentang ISO normal saja. Salah satu alasannya karena diluar ISO normal hasil fotonya dikuatirkan tidak bagus dan bisa jadi merugikan nama baik produsen kamera itu. Di kamera Canon bahkan untuk menampilkan ISO H perlu dibuka dulu lewat menu (Custom function).
Kapan pakai ISO dasar ?
Pertanyaan bagus. ISO dasar dipakai bila cahaya cukup terang atau kita pakai flash, atau lampu studio. Tapi dalam prakteknya, banyak skenario fotografi yang memerlukan ISO rendah. Misalnya saat ingin memakai speed rendah di siang hari (untuk bisa merekam efek gerakan) dan saat memotret long eksposur (durasi sampai ditas 1 detik).
Contoh foto long eksposur diatas diambil dengan kamera Nikon J3 memakai ISO dasar 160 dan durasi shutter 4 detik, tentunya dengan tripod. Walau keadaan aslinya sudah gelap, tapi foto ini nampak terang karena pakai speed lambat, bukan karena pakai ISO tinggi.
ISO tinggi untuk meningkatkan kekuatan flash
Tips untuk membuat lampu kilat lebih bertenaga adalah dengan memakai ISO tinggi. Untuk membuktikannya, cobalah ambil foto ruangan yang luas dan agak gelap dengan lampu kilat di ISO rendah, lihat betapa lampu kilat cenderung gagal untuk menerangi seluruh ruangan. Ulangi foto tersebut dengan ISO tinggi dan lihat bedanya.
ISO tinggi di siang hari?
Saat memotret di siang hari yang terik, tentunya pakai ISO rendah saja sensor kamera sudah bisa membuat foto yang terang. Lalu apakah boleh pakai ISO tinggi di siang hari? Jawabannya selain mubazir juga bisa berpotensi bikin foto jadi over eksposur (terlalu terang). Tapi adakalanya ISO tinggi di siang hari bisa dipakai, misal saat memakai  bukaan sangat kecil (misal f/22) tapi ingin dapat shutter speed sangat cepat (misal 1/4000 detik). Biasanya dipakai untuk lensa-lensa tele seperti foto berikut ini : Nikon D5100, lensa 200mm, 1/400 detik, f/5.6, ISO 3200
Saat memakai lensa tele yang bukaannya tidak besar, guna menjamin foto tetap tajam dan tidak blur karena getaran, kita perlu memilih shutter speed yang cukup tinggi dan ini bisa didapat dengan menaikkan ISO, walaupun di siang hari.
Saat tidak bawa tripod, ISO bisa bantu foto tetap tajam
Tripod dibutuhkan untuk membuat kamera stabil saat mengambil gambar, sehingga hasil foto tidak blur karena getaran/goyang. Kenapa selama ini kita bisa memotret dengan tajam walau tanpa tripod? Jawabannya karena kebetulan kita memakai shutter speed cukup tinggi (misal 1/60 detik). Tapi coba memotret tanpa tripod dengan kecepatan 1/2 detik maka foto dijamin blur dan tidak bisa dinikmati.
Nikon D5100, lensa 12mm, 1/10 detik, f/4, ISO 6400, tanpa tripod
Nah adakalanya tripod yang dibutuhkan tidak sedang bersama kita, dan tidak ada pilihan lain selain memotret dengan memegang kameranya. Maka prinsipnya kita harus membatasi kecepatan shutter jangan lebih lambat dari  nilai tertentu (biasanya memakai rumus 1/panjang fokal). Kadang dalam banyak kondisi, untuk itu kita perlu menaikkan ISO. Saat tidak memakai tripod prinsipnya adalah : lebih baik foto noise (karena ISO tinggi) tapi hasilnya tajam (tidak blur) daripada dapat foto yang foto bersih (karena ISO rendah) tapi blur.
ISO tinggi untuk aksi
Ini yang paling sulit, bagaimana jiga benda yang akan difoto bergerak? ISO tinggi adalah senjata andalan fotografer aksi, wartawan dan mungkin juga paparazi. Dengan ISO tinggi, mereka bisa memaksa kamera untuk selalu mendapat kecepatan shutter yang tinggi, sehingga bisa membekukan gerakan.
Untuk lebih pahamnya, lihat contoh foto disamping. Dengan ISO rendah, obyek yang bergerak akan gagal untuk di’bekukan’ karena speed kamera yang kalah cepat dengan gerakan si obyek. ISO tinggi akan membuat shutter speed kamera naik dan bisa membuat obyek yang bergerak jadi beku.
Di tempat yang kurang cahaya, membekukan gerakan tanpa flash menjadi tantangan yang amat sulit (walau misal sudah pakai lensa bukaan besar), dan hanya bisa dicapai dengan menaikkan ISO setinggi-tingginya . Maka itu kamera DSLR full frame akan sangat membantu untuk para jurnalis dan fotografer aksi, karena di ISO yang sangat tinggi pun (misal ISO 6400) hasil foto dari kamera DSLR full frame masih cukup bagus).

Kesimpulan


Fitur ISO sudah sedemikian akrab di telinga dan kadang kita justru tidak begitu peduli dengan potensi kegunaannya. Padahal ISO inilah yang membuat fotografi digital begitu berbeda, begitu praktis. Pahami kapan waktu yang tepat untuk memakai ISO rendah, dan sebaliknya kapan memakai ISO tinggi. Di masa lalu untuk hanya merubah ASA, orang harus menghabiskan dulu filmnya baru ganti dengan film baru. Kini tinggal tekan tombol dan ISO pun berubah. Nikmatilah..

Tips Memaksimalkan Kamera DSLR

Fotografi adalah hobi yang menuntut kita untuk banyak berlatih dan bereksperimen dengan kamera dan hasil foto kita. Berikut beberapa tips berdasarkan pengalaman saya:
1. Kenali Kamera Kita
Seperti halnya mengenali diri kita sendiri, maka semakin kita mengenali diri kita sendiri, kita tidak akan melakukan kesalahan dalam pengoperasian kamera kita. Nah sebelum langsung pada kamera, bacalah dulu buku manual yang diberikan saat membeli kamera DSLR. Sebagian dari kita, termasuk saya, mungkin malas untuk membaca buku manual yang biasanya tebal dan membosankan. Tapi percayalah, dalam kasus ini membaca manual akan sangat bermanfaat, jadi tinggalkan dulu rasa malasnya ya.
2. Gunakan Manual Mode
Mode auto pada kamera DSLR, seringkali menjadi pilihan karena memang mudah dan cepat, tapi sayangnya tidak memberikan kepuasan kreatifitas. Nah, kelebihan utama kamera DSLR dibanding kamera Point and Shoot adalah Mode Manual yang memungkinkan Anda untuk berkreatifitas seluas-luasnya.
Bagi kita yang ingin meningkatkan kemampuan berkreasi dalam fotografi dan terlepas dari ketergantungan mode auto,   Fotografer kanamaan, Bryan Peterson dalam bukunya Understanding Exposure menyarankan kita untuk memahami eksposure yang merupakan interaksi dari tiga elemen dasar yang hubungan ketiganya digambarkan sebagai Segita Fotografi, yaitu:
- ISO, ukuran sensitifitas sensor kamera terhadap cahaya
- Apperture, ukuran seberapa besar lensa tebuka saat pengambilan foto
- Shutter speed, rentang waktu “jendela” di depan sensor kamera terbuka
Nah karena itu tips selanjutnya adalah,  
3. Pahami konsep dasar ISO, Aperture dan Shutter Speed
Lebih lanjut mengenai ketiga elemen ini akan dibahas terpisah di artikel selanjutnya.
4. Bawalah selalu kamera Anda
Salah satu alasan mengapa orang banyak kehilangan momen penting adalah karena mereka tidak membawa kamera saat momen itu terjadi. Selain itu dengan selalu membawa kamera, kita juga akan selalu tertarik untuk melakukan pemotretan.
5.  Mulailah dengan Lensa Kit
Mulailah dari lensa Kit terlebih dahulu. Lensa kit adalah lensa bawaan saat kita membeli kamera, lensa ini sangat cukup untuk memulai belajar fotografi. Jika Anda kebetulan punya dana lebih yang bisa diinvestasikan maka Prime Lens Entry Leveladalah pilihan yang bijak untuk belajar cara mengendalikan Deep of Field dan teknik memotret dengan cahaya minim. Tetapi ingat, Belilah peralatan sesuai dengan kebutuhan seiring dengan meningkatnya kemampuan.


6. Potret dan Potret lagi
Jangan ragu untuk selalu memotret, karena kita tidak akan pernah merasa cukup melakukan pemotretan. Ken Rockwell, salah satu fotografer profesional, menyatakan bahwa ia sudah mengambil sekitar 30.000 foto dengan Nikon D3 dan 20.000 foto dengan Nikon D700, belum termasuk foto-foto lainnya dengan kamera tipe lain. Ia terus berlatih dan berlatih untuk menuju kesempurnaan hasil jepretannya. Di era kamera digital ini tak ada ruginya menjepret puluhan foto untuk satu obyek tertentu, toh tinggal menghapusnya nanti jika tidak sesuai keinginan.
7. lakukan eksperimen pada hasil foto
Saat ini banyak sekali software untuk mempercantik bahkan memanipulasi hasil foto. Bagaimana foto yang ‘biasa saja’ bisa menjadi luar biasa dengan program editing ini. Program paling terkenal adalah Photoshop yang menjadi acuan bagi para fotografer dewasa ini. Jangan takut untuk melakukan eksperimen, buatlah hasil foto yang luar biasa dengan program ini. Untuk itu jangan lupa kita harus selalu membuat backup dari foto kita. Bekerjalah di file backup tersebut, dan simpanlah file aslinya. Dengan demikian kita selalu mempunyai file hasil jepretan asli untuk melakukan eksperimen lain.

Teruslah berlatih dan berkeksperimen dengan kamera dan hasil foto Anda, namun yang lebih penting adalah, jangan terburu-buru, nikmatilah kamera Anda, nikmati hobi baru Anda dan kirimkan hasil foto Anda kepada teman-teman atau orang-orang yang Anda sayangi, mintalah pendapat dari mereka dan jadikan  pujian, kritik dan saran mereka untuk kemajuan Anda. Selamat mencoba.