Kita tahu kalau
ISO merupakan salah satu komponen penting dalam menentukan eksposur di kamera.
ISO yang di masa lalu dikenal dengan ASA (kecepatan film) di era digital ini
menyatakan kepekaan sensor terhadap cahaya. Kamera masa kini umumnya bisa punya
nilai ISO yang sangat tinggi, yang secara teori artinya kamera bisa membuat
foto jadi lebih terang walau dipakai di tempat yang kurang cahaya, tanpa
bantuan flash. Kali ini kami akan ulas lebih dalam tips-tips mengenai ISO di
kamera digital, tentunya supaya anda lebih paham dalam mengoptimalkan
fitur ini.
Inilah sepuluh
tips dan trik yang kami sajikan berkaitan dengan ISO :
Hasil foto terbaik didapat di ISO
terendah
Ingat selalu akan hal ini. ISO dasar, atau ISO terendah
(misal ISO 100) akan memberi hasil foto yang kualitas fotonya paling bagus.
Sebaliknya di ISO tinggi foto akan muncul noise. Di era film, ASA tinggi
memberi hasil noise yang artistik karena terlihat grainy, tapi di era digital
noise yang muncul lebih cenderung merusak foto. Tipsnya adalah, gunakan ISO
rendah untuk mendapat kualitas foto terbaik dan bebas noise, bila memungkinkan.
Hubungan antara ISO dan noise pernah kami ulas di artikel ini.
Menaikkan ISO : memaksa sensor memberi
output lebih
Saat pakai ISO
rendah ternyata foto jadi gelap atau shutter speed jadi sangat lambat, kita
juga boleh menaikkan ISO. Ingat juga kalau ISO pada dasarnya adalah
kepekaan/sensitivitas sensor kamera dimana semakin tinggi nilainya maka semakin
peka sensor kamera terhadap cahaya. Sensor sebagai alat elektronik, punya
tegangan keluaran tertentu. Dengan menaikkan ISO, maka sensor dipaksa untuk
memberi keluaran yang lebih tinggi. Memang memakai ISO tinggi tidak akan ada
efek terhadap sensor (tidak merusak sensor), tapi sekedar mengingatkan
kalau ISO tinggi ya artinya sensor memang dipaksa supaya lebih sensitif.
Keuntungannya, walau hanya ada sedikit saja cahaya sudah bisa mengambil foto
yang terang, misal di dalam ruangan.
Sensor besar, ISO tinggi masih aman
Tidak setiap kamera punya sensor yang (ukurannya) sama.
Kamera DSLR dan hampir semua kameramirrorless punya sensor cukup besar, di kubu lain
ada kamera saku dan ponsel yang sensornya kecil. Kira-kira inilah perbandingan
ukuran sensor yang dianggap cukup besar hingga besar, dari kiri sensor 1 inci
milik Nikon 1, lalu Micro Four Thirds, APS-C dan Full Frame 35mm. Sensor yang
ukurannya lebih kecil dari ilustrasi dibawah ini tidak disarankan untuk pakai
ISO tinggi karena hasil fotonya akan jelek, misal sensor 2/3 inci, sensor 1/1,7
inci dan sensor 1/2.5 inci.
Keuntungan kamera
dengan sensor yang lebih besar adalah hasil foto yang didapat bisa lebih baik,
khususnya saat memakai ISO tinggi. Kamera DSLR full frame 35mm masih memberi
hasil foto yang baik di ISO 3200, kamera DSLR APS-C hasil fotonya masih oke di
ISO 1600. Sensor 1 inci dan sensor Micro Four Thirds juga cukup baik di ISO
1600 tapi tentu masih lebih baik hasil dari sensor dari APS-C.
Bingung? pakai ISO Auto aja dulu
Bagi mereka yang
baru memakai kamera mungkin masih bingung dengan fitur ISO ini. Pertanyaan
paling sering muncul adalah jadi saya harus pakai ISO berapa? Kalau tidak ada
ide mau pakai nilai ISO berapa, biarkan kamera yang pilihkan untuk kita. Di
mode Auto yang namanya ISO memang diatur otomatis oleh kamera. Di mode lainnya,
misal mode P (Program), kita bisa memilih nilai ISO, atau bisa juga memilih ISO
Auto. Dengan ISO Auto maka kamera mengukur cahaya dulu dan memilihkan ISO yang
paling cocok.
ISO Lo dan Hi
Di kamera yang
lebih canggih kerap dijumpai ada ISO Low dan ISO High. Ini maksudnya adalah
nilai ISO yang diperluas dari rentang standarnya, supaya lebih banyak pilihan.
Misal nilai ISO terendah adalah ISO 200, tapi ada ISO Low maka ISO Low dianggap
setara dengan ISO 100. Sebaliknya misal ISO tertinggi adalah ISO 6400 tapi
diatasnya ada ISO High maka dianggap setara dengan ISO 12800.
Lalu
pertanyaannya, kenapa harus begitu? Karena pada dasarnya produsen kamera tidak
mengharapkan kita memakai ISO Low atau ISO High, dan lebih suka memilih salah
satu dari rentang ISO normal saja. Salah satu alasannya karena diluar ISO
normal hasil fotonya dikuatirkan tidak bagus dan bisa jadi merugikan nama baik
produsen kamera itu. Di kamera Canon bahkan untuk menampilkan ISO H perlu
dibuka dulu lewat menu (Custom function).
Kapan pakai ISO dasar ?
Pertanyaan bagus.
ISO dasar dipakai bila cahaya cukup terang atau kita pakai flash, atau lampu
studio. Tapi dalam prakteknya, banyak skenario fotografi yang memerlukan ISO
rendah. Misalnya saat ingin memakai speed rendah di siang hari (untuk bisa
merekam efek gerakan) dan saat memotret long eksposur (durasi sampai ditas 1
detik).
Contoh foto long
eksposur diatas diambil dengan kamera Nikon J3 memakai ISO dasar 160 dan durasi
shutter 4 detik, tentunya dengan tripod. Walau keadaan aslinya sudah gelap,
tapi foto ini nampak terang karena pakai speed lambat, bukan karena pakai ISO
tinggi.
ISO tinggi untuk meningkatkan kekuatan
flash
Tips untuk
membuat lampu kilat lebih bertenaga adalah dengan memakai ISO tinggi. Untuk
membuktikannya, cobalah ambil foto ruangan yang luas dan agak gelap dengan
lampu kilat di ISO rendah, lihat betapa lampu kilat cenderung gagal untuk
menerangi seluruh ruangan. Ulangi foto tersebut dengan ISO tinggi dan lihat
bedanya.
ISO tinggi di siang hari?
Saat memotret di
siang hari yang terik, tentunya pakai ISO rendah saja sensor kamera sudah bisa
membuat foto yang terang. Lalu apakah boleh pakai ISO tinggi di siang hari?
Jawabannya selain mubazir juga bisa berpotensi bikin foto jadi over eksposur
(terlalu terang). Tapi adakalanya ISO tinggi di siang hari bisa dipakai, misal
saat memakai bukaan sangat kecil (misal f/22) tapi ingin dapat shutter
speed sangat cepat (misal 1/4000 detik). Biasanya dipakai untuk lensa-lensa
tele seperti foto berikut ini : Nikon D5100, lensa 200mm, 1/400 detik, f/5.6,
ISO 3200
Saat memakai
lensa tele yang bukaannya tidak besar, guna menjamin foto tetap tajam dan tidak
blur karena getaran, kita perlu memilih shutter speed yang cukup tinggi dan ini
bisa didapat dengan menaikkan ISO, walaupun di siang hari.
Saat tidak bawa tripod, ISO bisa bantu foto tetap tajam
Tripod dibutuhkan
untuk membuat kamera stabil saat mengambil gambar, sehingga hasil foto tidak
blur karena getaran/goyang. Kenapa selama ini kita bisa memotret dengan tajam
walau tanpa tripod? Jawabannya karena kebetulan kita memakai shutter speed
cukup tinggi (misal 1/60 detik). Tapi coba memotret tanpa tripod dengan
kecepatan 1/2 detik maka foto dijamin blur dan tidak bisa dinikmati.
Nah adakalanya
tripod yang dibutuhkan tidak sedang bersama kita, dan tidak ada pilihan lain
selain memotret dengan memegang kameranya. Maka prinsipnya kita harus membatasi
kecepatan shutter jangan lebih lambat dari nilai tertentu (biasanya
memakai rumus 1/panjang fokal). Kadang dalam banyak kondisi, untuk itu kita
perlu menaikkan ISO. Saat tidak memakai tripod prinsipnya adalah : lebih baik
foto noise (karena ISO tinggi) tapi hasilnya tajam (tidak blur) daripada dapat
foto yang foto bersih (karena ISO rendah) tapi blur.
ISO tinggi untuk aksi
Ini yang paling
sulit, bagaimana jiga benda yang akan difoto bergerak? ISO tinggi adalah
senjata andalan fotografer aksi, wartawan dan mungkin juga paparazi. Dengan ISO
tinggi, mereka bisa memaksa kamera untuk selalu mendapat kecepatan shutter yang
tinggi, sehingga bisa membekukan gerakan.
Untuk lebih
pahamnya, lihat contoh foto disamping. Dengan ISO rendah, obyek yang bergerak
akan gagal untuk di’bekukan’ karena speed kamera yang kalah cepat dengan
gerakan si obyek. ISO tinggi akan membuat shutter speed kamera naik dan bisa
membuat obyek yang bergerak jadi beku.
Di tempat yang
kurang cahaya, membekukan gerakan tanpa flash menjadi tantangan yang amat sulit
(walau misal sudah pakai lensa bukaan besar), dan hanya bisa dicapai dengan
menaikkan ISO setinggi-tingginya . Maka itu kamera DSLR full frame akan sangat
membantu untuk para jurnalis dan fotografer aksi, karena di ISO yang sangat
tinggi pun (misal ISO 6400) hasil foto dari kamera DSLR full frame masih cukup
bagus).
Kesimpulan
Fitur ISO sudah
sedemikian akrab di telinga dan kadang kita justru tidak begitu peduli dengan
potensi kegunaannya. Padahal ISO inilah yang membuat fotografi digital begitu
berbeda, begitu praktis. Pahami kapan waktu yang tepat untuk memakai ISO
rendah, dan sebaliknya kapan memakai ISO tinggi. Di masa lalu untuk hanya
merubah ASA, orang harus menghabiskan dulu filmnya baru ganti dengan film baru.
Kini tinggal tekan tombol dan ISO pun berubah. Nikmatilah..