Belum lama ini sejumlah ahli mendapati bahwa kekurangan tidur akut memang berhubungan terhadap ponsel yang ada pada tempat tidur. Studi pada jurnal Nature milik profesor Harvard Medical School, yakni Dr Charles A Czeisler, MD, PhD, menyebutkan bahwa cahaya biru artifisial dari peralatan elektronik semisal ponsel serta tablet dapat merangsang neuron pada otak serta mencegah seseorang segera tertidur. Selain itu, kualitas tidur jadi tak optimal lantaran ponsel juga mengganggu produksi dari melatonin, hormon tubuh yang membuat kita tertidur.
Tanpa ada ponsel pada tempat tidur, kita pun tak tergoda main games ataupun chatting bersama teman lain hingga dini hari. Kemungkinan pada awalnya kita hanya akan memeriksa media sosial ataupun sekedar mainkan CandyCrush, namun kegiatan ini kerap berakhir hingga dini hari. Nah stimulasi dari koneksi internet pada waktu tidur akan menyebabkan kita terjaga hingga larut malam dengan konsisten. “Anda pun menyesuaikan jam internal tubuh dengan fase tidur yang tertunda. Tubuh pun secara fisik tidak bisa jatuh tertidur hingga masa tidur baru, entah itu masih tengah malam maupun pukul 2 dini hari,” terang mantan Direktur Fatigue Countermeasures Program dari Nasa Ames Research Center, Mark Rosekind, PhD.
Pola tidur emacam ini berdampak negatif terhadap tingkat energi serta produktivitas kerja keesokan harinya. Memang masih belum terdapat bukti konklusif dimana ponsel akan menyebabkan kanker. Namun, National Cancer Institute AS membenarkan ponsel mengeluarkan radiasi elektromagnet non-ionizing dan diserap jaringan tubuh ketika berdekatan terhadap ponsel. Kemudian review penelitian International Agency for Research on Cancer mendapati adanya transmisi elektromagnet yang mungkin akan bersifat memicu kanker. Risiko jadi relevan saat kita memegang serta menempelkan ponsel pada tubuh. Risiko minimal saat ponsel tidak terhubung Wi-Fi. Dan lebih baik bila ponsel dimatikan.
Tanpa disadari, meletakkan ponsel pada tempat tidur bisa menciptakan adanya perasaan waspada yang berlebihan. Perasaan yang kerap diasosiasikan terhadap kondisi stres pasca-traumatik dan melibatkan adanya perasaan terus-menerus terjaga. Waspada atas bunyi baik dari panggilan telepon, SMS, maupun email pasti dapat menjauhkan tubuh untuk mencapai kondisi relaksasi maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar